Langsung ke konten utama

Gender : Pemahaman Dasar Menyuarakan Kesetaraan


Gender : Pemahaman Dasar Menyuarakan Kesetaraan
Oleh: Desferansyah Nabela
Apa yang terlintas di benak pembaca saat mendengar kata Gender ? tentu saja akan mengarah pada jenis kelamin laki laki dan perempuan. Dari beberapa diskusi, penulis sering mendapati tafsir makna gender yang masih sangat bias. Hal ini dikarnakan pemahaman gender yang tidak utuh sehingga seringkali tertukar makna antara gender dan sex.  Untuk itu dalam memahami konsep gender harus dibedakan kata gender dengan seks (jenis kelamin). Dalam buku mansourfaqih Analisis Gender Dan Transformasi Sosial pengertian jenis kelamin merupakan penafsiran atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, bahwa manusia jenis laki laki adalah manusia yang memiliki sifat seperti ini : laki laki adalah manusia yang meiliki penis, memiliki jakun dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi  seperti Rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina dan mempunyai alat menyusui. Alat alat tersebut secara biologis melekat pada jenis manusia dan laki laki secara alamiah dan selamanya. Artinya secara biologis alat alat tersebut tidak bisa dipertukarkan antara satu sama lain. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan atau kodrat.
Sedangkan konsep lainnya adalah konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki laki maupun perempuan yang di konstruksi secara social maupun kultural. Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, emosional, cantik dan keibuan. Sementara laki laki dianggap: kuat, rasional, jantan dan perkasa. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada laki laki yang emosional, lemah lembut, keibuan sementara ada juga perempuan yang kuat, rassional dan perkasa. Perubahan dari sifat sifat itu dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang lain. Misalnya saja zaman dahulu di suatu suku tertentu perempuan lebih kuat dari laki laki, tetapi beda pada zaman yang lain dan ditempat yang berbeda laki laki yang lebih kuat. Juga, perubahan bisa terjadi dari keas ke kelas masyarakat yang berbeda.
Sejarah perbedaan gender antara manusia jenis laki laki dan perempuan terjadi melalui proses yag sangat panjang. Oleh karna itu terbentuknya perbedaan perbedaan gender dkarenakan oleh bayak hal, diantaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat bahkan dikonstruksi secara social atau kultural melalui ajaran keagamaan maupun Negara. Melalui proses panjang, konstruksi social tersebut akhirnya dianggap sebagai ketentuan Tuhan, seolah olah bersifat biologis yang tidak bisa diubah lagi, sehingga perbedaan perbedaan gender dianggap dan dipahami sebagai kodrat laki laki dan kodrat perempuan.
Sebaliknya, melalui dialektika, konstruksi social gender yang tersosialisasikan secara evolusional dan perlahan lahan mempengaruhi biologis masing masing jenis kelamin. Misalnya, karena konsruksi social gender, kaum laki laki harus bersifat kuat dan agresif maka kaum laki laki kemudian terlatih dan tersosialisasi serta termotivasi untuk menjadi atau menuju sifat gender yang ditentukan oleh suatu masyarakat, yakni secara fisik lebih kuat dan lebih besar. Sebaliknya, karena kaum perempuan haru lemah lembut, maka sejak bayi proses sosialisasi tersebut tidak saja berpengaruh pada  perkembangan emosi dan visi serta ideology kaum perempuan, tetapi juga mempengaruhi perekembangan fisik dan biologis selanjutnya. Karna proses sosialisasi dan rekonstruksi berlangsung secara mapan dan lama, akhirnya menjadi sulit dibedakan apakah sifat sifat gender itu, sepeti kaum perempuan lemah lembut dan kaum laki laki kuat perkasa, dikonstruksi atau dibentuk oleh masyarakat atau kodrat biologis yang ditetapkan Tuhan. Namun, dengan menggunakan pedoman bahwa setiap sifat biasanya melekat pada jenis kelamin tertentu dan sepanjang sifat sifat terssebut bisa dipertukarkan, maka sifat tersebut adalah hasil konstruksi masyarakat dan sama sekali bukanlah kodrat.
Dalam menjernihkan perbedaan antara seks dan gender, yang menjadi masalah adalah kerancuan dan pemutarbalikan makna tentang apa yang disebut seks dan gender. Dewasa ini terjadi peneguhan pemahaman yang tidak pada tempatnya di masyarakat dimana apa yag sesungguhnya gender karna pada dasarnya konstruksi social, justru dianggap sebagai kodrat yang berarti ketentuan biologis atau ketentuan Tuhan. Justru sebagian besar yang dewasa ini sering dianggap atau dinamakan sebagai “kodrat wanita” adalah konstruksi social dan kultural atau gender. Misalnya saja sering diungkapkan bahwa mendidik anak, mengelola dan merawat kebersihan dan keindahan rumah tangga atau urusan domestic sering dianggap sebagai kodrat wanita. Padahal kenyataannya, bahwa kaum perempuan memiliki peran gender dalam mendidik anak, merawat dan mengelola kebersihan dan keindahan rumah tangga adalah konstruksi kultural.
Dengan demikian, seperti diungkap prof Nur Syam dalam bukunya Agama Pelacur bahwa gender adalah persoalan nature dan nurture. Dari aspek nature, terdapat perbedaan antara laki laki dan perempuan, demikian juga dari sisi nurture. Hanya saja jika nature bercorak kodrati (mutlak dari Tuhan), maka nurture merupakan hasil konstruksi social dan budaya masyarakat tentang perbedaan laki laki dan perempuan. Itulah kenapa kemudian pemahaman gender ini harus lah selesai agar tidak bias makna dan mampu menciptakan kesadaran kolektif untuk membangun gerakan perempuan yang progressive.

Komentar

Posting Komentar